Skip to main content

Makalah Ekonomi Makro_Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor


BAB II
ISI

A.     Aliran pendapatan dan syarat keseimbangan
1.      Aliran pendapatan dan pengeluaran
Perekonomian  tiga  sektor  diartikan  sebagai  perekonomian  yang terdiri  dari sektor  rumah  tangga,  perusahaan  dan  pemerintah.  Dalam perekonomian  tiga sektor  kegiatan  perdagangan  luar  negeri  (ekspo rimpor)  masih  diabaikan.  Oleh karena  itu  perekonomian  tiga  sektor dinamakan  perekonomian  tertutup. 
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian akan menimbulkan tiga jenis aliran baru dalam sirkulasi aliran pendapatan. Ketiga jenis aliran yang baru tersebut adalah:
a.       Pembayaran pajak oleh rumah tangga dan perusahaan kepada pemerintah. Pembayaran pajak tersebut menimbulkan pendapatan kepada pihak pemerintah. Ia merupakan sumber pendapatan pemerintah yang terutama.
b.      Aliran baru yang kedua adalah pengeluaran dari sektor pemerintah ke sektor perusahaan. Aliran ini menggambarkan nilai pengeluaran pemerintah ke atas barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh sektor perusahaan.
c.       Aliran yang ketiga adalah aliran pendapatan dari sektor pemerintah ke sektor rumah tangga. Aliran itu timbul sebagai akibat dari pembayaran ke atas konsumsi faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah tangga oleh pemerintah.[1]

Dengan adanya tiga aliran tersebut corak aliran pendapatan dalam perekonomian tertutup adalah seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut.
Dari gambar itu dapat dilihat bahwa dalam suatu perekonomian tertutup ciri-ciri pokok dari aliran-aliran pendapatan dan pengeluarannya adalah sebagai berikut:
a.       Pembayaran oleh sektor perusahaan sekarang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pembayaran kepada sektor rumah tangga sebagai pendapatan kepada faktor-faktor produksi, dan pembayaran pajak pendapatan perusahaan kepada pemerintah.
b.      Pendapatan yang diterima rumah tangga sekarang berasal dari dua sumber: dari pembayaran gaji dan upah, sewa, bunga, dan untung oleh perusahaan, dan dari pembayaran gaji dan upah oleh pemerintah.
c.       Pemerintah menerima pendapatan berupa pajak dari perusahaan dan rumah tangga. Pendapatan tersebut akan digunakan untuk membayar gaji dan upah pegawai-pegawai dan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa.
d.      Pendapatan yang diterima rumah tangga (Y) akan digunakan untuk memenuhi tiga kebutuhan: membayar dan membiayai pengeluaran konsumsi (C), disimpan sebagai tanbungan (S), dan membayar pajak pendapatan rumah tangga (T). Dalam persamaan: Y = C + S + T.
e.       Dalam gambaran tersebut tetap dimisalkan bahwa tabun gan rumah tangga dipinjamkan oleh lembaga-lembaga keuangan kepada para pengusaha yang menanam modal.
f.        Pengeluaran agregat (AE) telah menjadi bertambah banyak jenisnya, yaitu disamping pengeluaran konsumsi (C) dan investasi (I), sekarang termasuk pula pengeluaran pemerintah (G). Dalam persamaan AE = C + I + G.[2]

2.      Syarat keseimbangan
Dalam perekonomian yang tidak melakukan perdagangan luar negeri, penawaran agregat adalah sama dengan pendapatan nasionalnya (Y), yaitu sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam perekonomian dalam suatu periode tertentu. Pengeluaran agregat, atau pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam perekonomian tersebut, meliputi tiga jenis perbelanjaan: konsumsi rumah tangga (C), investasi perusahaan (I), dan pengeluaran pemerintah membeli barang dan jasa (G). Dengan demikian keadaan yang menciptakan keseimbangan dalam perekonomian tiga sector adalah: penawaran agregat: pengeluaran agregat (Y = AE), atau Y = C + I +  G.
Kegiatan sektor perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa akan mewujudkan aliran pendapatan ke sektor rumah tangga (gaji dan upah, sewa, bunga, dan keuntungan) dan aliran ini sama nilainya dengan pendapata nasional (Y). dengan demikian, Berdasarkan kepada aliran pendapatan yang wujud dalam perekonomian tiga sektor, berlaku kesamaan berikut:
Y = C + S + T
Keseimbangan pendapatan nasional berlaku kesamaan berikut:
C + I + G = C + S + T
Apabila C dikurangi dari setiap ruas maka:
I + G = S + T
Dalam perekonomian tiga sektor I dan G adalah suntikan kedalam sirkulasi aliran pendapatan, sedangkan S dan T adalah kebocoran. Dengan demikian, dalam perekonomian tiga sector juga berlaku keadaan: suntikan=bocoran. Sebagai kesimpulan dapatlah dirumuskan bahwa dalam perekonomian tiga sektor yang mencapai keseimbangan akan berlaku keadaan yang berikut:
a.       Y = C + I + G

b.      I + G = S + T[3]

B.     Jenis-jenis pajak
1.      Pajak langsung dan tidak langsung
a.       Pajak langsung
Pajak langsung berarti jenis pungutan pemerintah yang secara langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yangmenjalankan kegiatan dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak. Pajak yang dipungut dan dikenakan keatas pendapatan mereka dinamakan pajak langsung, yaitu pajak yang secara langsung dipungut dari orang yang berkewajiban untuk membayar pajak.
b.      Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah-pindahkan kepada pihak lain. Salah satu jenis pajak tak langsung yang penting adalah pajak impor. Biasanya, pada akhirnya yang akan menanggung beban pajak tersebut adalah para konsumen. Yang mula-mula membayar pajak adalah perusahaan-perusahaan yang mengimpor barang. Akan tetapi, pada waktu menjual barang impor tersebut, pengimpor akan menambahkan pajak impor yang dibayarnya dalam menentukan harga penjualannya. Dengan demikian keuntungannya tidak berkurang. Pada akhirnya, para pembeli yang akan membayar pajak, yaitu dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Contoh lain dari pajak tidak langsung adalah pajak penjualan. Pajak ini biasanya ditambahkan keharga penjualan yang ditentukan oleh pedagang-pedagang. Oleh sebab itu pajak penjualan berkecenderungan akan mengakibatkan kenaikan harga.[4]
2.      Bentuk-bentuk pajak pendapatan
a.       Pajak regresif
Sistem pajak yang persentasi pungutan pajaknya menurun apabila pendapatan yang dikenakan pajak menjadi bertambah tinggi dinamakan pajak regresif. Dalam sistem ini, pada pendapatn rendah, pajak yang dipungut meliputi bagian yang tinggi dari pendapatan tersebut. Tetapi, semakain tinggi pendapatan semakin kecil persentasi pajak itu dibandingkan dengan keseluruhan pendapatan. Nilai pajak yang sama besarnya tanpa memperhatikan pendapatan seseorang dapat digolongkon sebagai pajak regresif. Pajak impor dan pajak penjualan dapat digolongkan sebagai pajak regresif, yaitu kepada orang kaya pajak tersebut merupakan sebagian kecil dari pendapatannya. Tetapi untuk golongan miskin, yang meliputi persentasi yang lebih besar kepada pendapatannya. Pembayaran fiskal untuk orang yang bepergian keluar negeri merupakn contoh lain dari paja regresif.
b.      Pajak proporsioanal
Persentasi pungutan pajak yang tetap besarnya pada berbagai tingkat pendapatan, yaitu dari pendapatan yang sangat rendah kepada yang sangat tinggi, dinamakan pajak proporsional. Daam sistem pajak seperti ini tidak dibedakan diantara  penduduk yang kaya  atau yang miskin dan diantara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Mereka harus membayar pajak menurut persentasi yang tetap. Walau bagaimanapun, dalam nilai nominalnya, makin tinggi pendapatan atua kekayaan, makin tinggi pula jumlah pajak yang akan dibayar. Dibanyak negara, sistem pajak ini digunakan dalam memungut pajak pendapatan (keuntungan) perusahaan-perusahaan yang berbentuk perseroan.
c.       Pajak progresif
Sistem pajak yang persentasinya bertambah apabila pendapatan semakin meningkat dinamakan pajak progrsif. Berikut adalah satu contoh hipotesis dari pajak progresif.

Pendapatan yang dipajak
Presentasi pajak
Sampai Rp 500 ribu
2%
Rp 501 ribu - Rp 2 juta
4%
Rp 2.001 juta - Rp 5 juta
10%
Lebih Rp 5 juta
20%

Pajak progresif menyebabkan pertambahan nominal pajak yang dibayar akan menjadi semakin cepat apabila pendapatan semakin tinggi. Diberbagai negara sistem pajak progresif digunakan untuk memungut pajak pendapatan orang-orang yang bekerja makan gaji. Tujuan utamanya untuk memperoleh pendapatan pajak yang lebih banyak. Disamping itu sistem itu bertujuan untuk lebih meratakan pendapatan.[5]
C.     Efek pajak ke konsumsi dan tabungan
Sebagai akibat adanya pajak, dalam perekonomian tiga sektor pendapatan disposebel telah menjadi lebih kecil dari pendapatan nasional. Dalam perekonomian yang telah mengenakan pajak, perhitungan diantara pendapatan disposebel dan pendapatan nasional dapat dinyatakan secara persamaan berikut
Yd = Y - T
Yaitu, pendapatan disposebel  (Yd ) adalah sama dengan pendapatan nasional (Y) dikurangi oleh pajak (T).
Penurunan pendapatan disposebel akan mengurangi konsumsi dan tabungan rumah tangga. Hal ini disebabkan karena pajak yang dibayarkannya mengurangi kemampuannya untuk melakukan pengeluaran konsumsi dan menabung. Berdasarkan kepada sifat pengaruh pajak kepada pendapatan disposebel, pengeluaran konsumsi dan tabungan, secara umum dapat dirumuskan:
1)      Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposebel sebanyak pajak yang dipungut tersebut. Dalam persamaan: Yd = Y-T
2)      Penurunan pendapatan disposebel menyebabkan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga akan berkurang pada berbagai tingkat pendapatan.[6]

PAJAK KONSUMSI DAN TABUNGAN
CONTOH ANGKA
Tabel 2.1
Y
T
Yd
C
S
1
2
3
4
5
Bagian1: T =0

0
0
0
90
-90
240
0
240
270
-30
480
0
480
450
30
720
0
720
630
90
960
0
960
810
150
1200
0
1200
990
210
1440
0
1440
1070
270
Bagian 2: T = 40

0
40
-40
60
-100
240
40
200
240
-40
480
40
440
420
20
720
40
680
600
80
960
40
920
780
140
1200
40
1160
960
200
1440
40
1400
1040
280

Dalam tabel 2.1 ditunjukkan satu contoh yang menunjukkan akibat dari pungutan pajak terhadap konsumsi dan pendapatan. Berbagai tingkat pendapatan nasional (Y) ditunjukkan dalam kolom 1, dan pajak (T dari taxes) ditunjukkan dalam kolom 2, pendapatan disposebel (Yd) yang dihitung dengan menggunakan formula Yd = Y – T ditunjukkan dalam kolom 3. Kolom 4 dan 5 menunjukkan konsumsi rumah tangga (C)-yang dihitung dengan formula; C = a + bYd dan tabungan rumah tangga (S)-yang dihitung dengan formula; S = -a+ (1 – b)Yd. Tabel 2.1 dibagi kepada dua bagian ; dalam bagian I dimisalkan pajak belum dipungut (T = 0). Dan dalam bagian 2 dimisalkan pemerintah memungut pajak sebanyak 40 triliun (T = 40).
Permisalan yang digunakan angka-angka dalam Bagian I diperoleh dari memisalkan fungsi konsumsi dan tabungan rumah tangga adalah sebagai berikut:
1)      C = 90 + 0,75Y, atau C = 90 + 75Yd
2)      S = = -90 + 0,25Y atau S = -90 + 0,25Yd
Keadaan sebelum adanya pajak:
1)      Pada ketika pendapatan nasional adalah nol (Y = 0) konsumsi rumah tangga adalah sebanyak 90 triliun
2)      Dimisalkan pendapatan nasional (lihat kolom 1) selalu mengalami kenaikan sebanyak Rp 240 triliun, yaitu dari 0 menjadi Rp 240 triliun, kemudian menjadi 480 triliun dan seterusnya. Maka ΔY = ΔYd = 240.
3)      Kenaikan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan konsumsi dan tabungan. Hubungannya dapat dinyatakan dengan formula:
-         ΔC = MPC x ΔYd
-         ΔS = MPS x ΔYd
Dengan demikian, apabila aY = 240, maka ΔC= 0,75 x 240 = 180. Konsumsi rumah tangga selalu naik Rp 180 triliun. Perubahan tabungan (ΔS) adalah ΔS = 0,25 x 240 = 60. Berarti tabungan rumah tangga selalu bertambah Rp 60 triliun. Pertambahan tabungan ini dapat dihitung dengan persamaan ΔS = ΔYd - ΔC, dan perhitungannya akan menghailkan nilai yang sama.
Keadaan setelah pemungutan pajak:
1)      Sebagai akibat pajak, Y tidak sama lagi dengan Yd, perkaitan diantara kedua variable itu sekarang menjadi Yd = Y – T.
2)      Persamaan C = a + bYd menggambarkan sikap rumah tangga dalam melakukan konsumsi. Ia tetap sama dalam semua keadaan, yaitu apakah ada pajak atau tidak ada pajak, kelakuan rumah tangga dalam berbelanja ditentukan oleh persamaan tersebut; maka , dalam menentukan nilai C; dalam kolom 2 digunakan persamaan C = 90 + 0,75Yd. Seterusnyanilai tabungan dihitung dengan menggunakan formula S = Yd – C.[7]

D.    Pengeluaran pemerintah
Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat maju, Pajak adalah sumber utama dari pembelanjaan pemerintah, sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan, membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat, membiayai pembelanjaan untuk angkatan bersenjata dan membiayai berbagai jenis infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan adalah beberapa bidang penting yang akan dibiayai pemerintah
1.      Penentu-penentu pengeluaran pemerintah
a.       Proyeksi jumlah pajak yang diterima
Salah satu faktor penting yang menentukan besarnya pemerintah adalah jumlah pajak yang diramalkan. Dalam menyusun anggaran belanjanya pemerintah harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah pajak yang akan diterimanya. Makin banyak jumlah pajak yang dapat dikumpulkan, makin banyak pula perbelanjaan pemerintah yang akan dilakukan.
b.      Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai
Faktor yang lebih penting dalam penentuan pengeluaran pemerintah adalah tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah. Pemerintah penting sekali perananya dalam perekonomian. Kegiatannya dapat memanipulasi/mengatur kegiatan ekonomi kearah yang diinginkan. Beberapa tujuan penting dari kegiatan pemerintah adalah mengatasi masalah pengangguran, menghindari inflasi dan mempercepat pembangunan ekonomi dalam jangaka panjang. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut seringkali pemerintah membelanjakan uang yang jauh lebih besar dari pendapatan yang diperoleh dari pajak. Untuk mengatasi pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang lambat, misalnya, pemerintah perlu membiayai pembangunan infrastruktur-irigasi, jalan-jalan, pelabuhan-dan mengembangkan pendidikan. Usaha seperti itu memerlukan banyak uang, dan pendapatan dari pajak saja tidak cukup untuk membiayainya. Maka untuk memperoleh dana yang diperlukan pemerintah terpaksa meminjam atau mencetak uang
c.       Pertimbangan politik dan keamanan
Pertimbangan-pertimbangan politik dan kestabilan negara selalu menjadi salah satu tujuan penting dalam menyusun anggaran belanja pemerintah. Kekacaun politik, perselisihan diantara berbagai golongan masyarakat dan daerah sering berlaku diberbagai negara di dunia. Keadaan seperti itu akan menyebabkan kenaikan perbelanjaan pemerintah yang sangat besar, terutama apabila operasi militer perlu dilakukan. Ancaman kestabilan dari negara luar juga dapat menimbulkan kenaikan yang besar dalam pengeluaran ketentaraan dan akan memaksa pemerintah membelanjakan uang yang jauh lebih besar dari pendapatan pajak.[8]

E.     Keseimbangan dalam Ekonomi Tiga Sektor
1.      Pajak tetap dan keseimbangan pendapatan
Untuk menerangkan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian di mana sistem pajaknya adalah pajak tetap, digunakan permisalan-permisalan di bawah ini :
a.       Jumlah pajak dan sifat hubungan di antara pendapatan nasional, konsumsi dan tabungan adalah seperti dalam bagian 2, tabel 2.1. dengan demikian fungsi konsumsi adalah C = 60 + 0,75Y (fungsi konsumsi sesudah pajak) dan fungsi tabungan adalah S = -100 + 0,25Y. Pajak adalah T = 40.
b.      Investasi sektor perusahaan adalah I = 120 (triliun rupiah) dan pengeluaran pemerintah adalah  G = 60 (triliun rupiah) [9]
2.      Keseimbangan secara grafik
Gambaran secara grafik dapat dibedakan kepada dua pendekatan yaitu:
a.       Pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat (Y = AE)
b.      Pendekatan suntikan-bocoran (J = W)
Dengan menggunakan pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat, keseimbangan pendapatan nasional  dicapai apabila fungsi pengeluaran agregat C + I + G memotong garis 45-derajat (garis Y = AE). Perpotongan kedua dua garis tersebut menggambarkan keseimbangan perekonomian dimana: Y = C + I + G. Dalam pendekatan-bocoran, keseimbangan tercapai pada perpotongan fungsi suntikan (I + G) dan fungsi bocoran (S + T)[10]



F.      Multiplier dalam perekonomian tiga sektor
1.      Multiplier Investasi[11]
Untuk menghitung nilai multiplier investasi, dimisalkan nilai investasi bertambah dari I menjadi I1 dan pertambahannya adalah ΔI.
a.       Sistem pajak tetap. Dalam perekonomian bersistem pajak tetap, keseimbangan pendapatan nasional yang asal adalah :
Y = C + I + G
Y = a + bYd + I + G
Y = a + b(Y- T) + I + G
Y = a + bY - bT + I + G
Y – bY = a - bTx + I + G
Y =   (a – bTx  + I + ΔI + G)

Pertambahan investasi sebanyak ΔI ( dari I menjadi I1) menyebabkan pendapatan nasional meningkat menjadi Y1, dan nilainya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Y1 = C + I + G
Y1 = a + bYd + I + G
Y1 = a + b(Y1 - T) + I + G
Y1 = a + bY1 - bT + I + G
Y1 – bY1 = a - bTx + I + G
Y1 =   (a – bTx  + I + ΔI + G)

Perhitungan di atas menunjukkan pertambahan investasi sebesar ΔI akan menambah pendapatan nasional dari
Y =  (a - bTx + I + G)
Menjadi,
Y =   (a – bTx  + I + ΔI + G)

Dengan demikian proses multiplier menambah pendapatan nasional sebesar seperti yang dinyatakan persamaan berikut:
ΔY = Y1 – Y =    ΔI

Dari persamaan ini dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian tiga sector dengan pajak tetap, pertambahan investasi sebanyak ΔI akan menambahkan pendapatan nasional sebanyak (  ) kali pertambahan investasi. Dengan demikian nilai multiplier, yaitu ΔY/ΔI, adalah :

Multiplier Investasi (pajak tetap) = 
b.      Sistem pajak proporsional
Multiplier Investasi (pajak proporsional) =  =
2.      Multiplier pemerintah[12]
a.       Sistem pajak tetap. Dalam perekonomian yang menggunakan system pajak tetap, nilai multiplier pengeluaran pemerintah adalah  dan kenaikan pendapatan nasional (ΔY) dapat dihitung dengan persamaan:
ΔY =  ΔG
b.      Sistem pajak proporsional. Dalam perekonomian yang menggunakan system pajak proporsional, nilai multiplier pengeluaran pemerintah adalah   dan kenaikan pendapatan nasional ΔY dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
ΔY =   ΔG
3.      Multiplier pajak[13]
a.       Sistem pajak tetap
Mt =  =
b.      Sistem pajak proporsional
ΔY =   (bΔT) Atau, ΔY=

G.    Masalah makro ekonomi dan kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannnya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Dalam usaha untuk menunjukan konsumsi kebijakan fiskal dalam mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi, bagian ini akan menerangkan dua hal berikut :
a.      Menunjukan bentuk masalah yang mungkin dihadapi dalam perekonomian
b.      Menerangkan bentuk langkah kebijakan fiskal dalam mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi[14]
1.      Masalah pengangguran dan inflasi
Tingkat kegiatan ekonomi negara yang wujud pada suatu waktu tertentu adalah berbentuk salah satu dari tiga keadaan berikut:
a.       Mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh
Kedaan ini adalah keadaan yang ideal untuk setiap perekonomian, dan merupakan salah satu tujuan penting dari menjalankan kebijakan-kebijakan ekonomi. Dalam perekonomian yang mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh, pengeluaran agregat yang sebenarnya wujud adalah sama dengan pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga penuh. AE = AEf dimana AE adalah pengeluaran agregat sebenarnya, dan AEf adalah pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh. Kedua fungsi pengeluaran agregat tersebut bertindih karena konsumsi tenaga kerja penuh dicapai. Pendapatan nasional adalah Yf.
b.      Menghadapi masalah pengangguran
Masalah ini adalah masalah yang dihadapi oleh setiap perekonomian. Akan tetapi sampai dimana seriusnya masalah itu berbeda dari satu negara ke negara lain. Masalah ini wujud karena pengeluaran agregat AE adalah dibawah pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingakat konsumsi tenaga kerja penuh(AEf). Pendapatan nasional adalah Y, yaitu nilainya dibawah pendapatan nasional potensial (YF). Garis AB dinamakan jurang deflasi. Jurang deflasi adalah jumlah kekurangan perbelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai konsumsi tenaga kerja penuh.
c.       Menghadapi masalah inflasi
Tingkat kegiatan ekonomi yang melebihi tingkat konsumsi tenaga kerja penuh berlaku inflasi. Pengeluaran agregat yang wujud adalah melebihi kemampuan dari perekonomian itu untuk memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa. Kelebihan permintaan tersebut akan menimbulkan kenaikan harga-harga. Ini dicerminkan oleh nilai Y yang lebih besar daripada Yf. Dalam keadaan yang sebenarnya pendapatan nasional riil yang wujud tidak dpat melebihi Yf. Maka keadaan dimana Y > Yf hanya mungkin terjadi apabila harga-harga telah mengalami kenaikan, yang menyebabkan sejumlah barang tertentu sekarang mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada sewaktu kenaikan harga-harga belum berlaku. Perbedaan diantara AE dengan AEf dinamakan jurang inflasi, yaitu kelebihan dalam pengeluaran agregat diatas pengeluaran agregat pada konsumsi tenaga kerja penuh yang menimbulkan kekurangan barang dan seterusnya kenaiakan harga-harga. [15]
2.      Peranan kebijakan fiskal
a.       Jurang deflasi, jurang inflasi dan kebijakan fiskal
Dengan menggunakan kebijakan fiskal pemerintah dapat mempengaruhi besarnya jurang deflasi atau jurang inflasi yang wujud dalam perekonomian. Apabila terdapat jurang deflasi tingkat kegiatan ekonomi  belum mencapai potensinya yang maksimal dan pengangguran wujud. Dalam keadaan seperti ini pengeluaran agregat perlu dinaikkan. Kebijakan pemerinth itu akan menaikkan tingkat kegiatan ekonomi dan menurangi pengangguran.
Langkah yang paling mudah yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencpai tujuan itu adalah dengan menambah pengeluarannya. Untuk menjamin agar jurang deflasi dapat diperkecil, pemerintah dapat pula mengurangi pajak yang dipungutnya dari para penerima pendapatan dan perusahaan-perusahaan. Langkah-langkah yang dijalankan pemerintah ini akan menimbulkan anggaran belanja defisit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebijakan anggran belanja defisit adalah satu langkah pemerintah yang dilakukan untuk mengatasi depresi dan pengangguran.
Didalam masa dimana jurang inflasi wujud, yaitu pengeluaran agregat melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksikan arang-barang dan jasa-jasa kebijakan anggaran belanja surplus perlu dilakukan .
b.      Akibat kebijakan fiskal ke atas kegiatan ekonomi
Apabila pemerintah secara aktif menggunakan kebijakan anggran belanjanya sebagai alat untuk mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi maka:
1)      Masalah depresi dan pengangguran
2)      Masalah inflasi, dapat dikurangi keseriusannya
3)      Gerak naik turun siklus perusahaan dapat diperkecil. Berarti kegiatan ekonomi negara berjalan dengan lebih stabil.  [16]
3.      Kebijakan fiskal diskresioner
4.      Cara mengatasi masalah makro ekonomi
Berikut adalah beberapa kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah guna  mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di bidang makro:
a.       Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam perpajakan dan pengeluaran pemerintah/anggaran untuk memengaruhi pengeluaran agregat. Contohnya pengenaan pajak penghasilan dan pengenaan cukai rokok.
b.      Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang ditempuh pemerintah/bank sentral dalam penawaran uang dan kebijakan suku bunga untuk memengaruhi pengeluaran agregat. Contohnya pemerintah menerapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat dan peningkatan suku bunga bank.
c.       Kebijakan segi penawaran
Kebijakan segi penawaran adalah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan, sehingga barang dan jasa yang ditawarkan lebih banyak dan lebih murah. Contohnya pemerintah memberikan bantuan subsidi kepada pengusaha kecil menengah.
d.      Kebijakan Energi
Kebijakan energi adalah kebijakan dalam menggunakan energi seefisien dan seoptimal mungkin yang didalamnya terdapat usaha penghematan energi. Misalnya kebijakan konfersi minyak tanah ke gas LPG guna penghematan penggunaan bahan bakar minyak oleh masyarakat.

e.       Kebijakan Penetapan Harga
Kebijakan penetapan harga adalah kebijakan dalam menentukan harga-harga pada tingkat tertentu pada komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak. Contohnya penetapan tarif dasar listrik oleh pemerintah.
f.        Kebijakan Neraca Pembayaran
Merupakan kebijakan yang digunakan untuk memantau keadaan neraca pembayaran guna memengaruhi nilai tukar. Contohnya larangan impor atau kuota produk tertentu dilakukan guna melindungi para pengusaha lokal dari serbuan produk asing.[18]


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Perekonomian  tiga  sektor  diartikan  sebagai  perekonomian  yang terdiri  dari sektor  rumah  tangga,  perusahaan  dan  pemerintah.  Dalam perekonomian  tiga sektor  kegiatan  perdagangan  luar  negeri  (ekspo rimpor)  masih  diabaikan.  Oleh karena  itu  perekonomian  tiga  sektor dinamakan  perekonomian  tertutup.
Ekonomi tiga sektor adalah perekonomian yang meliputi dalam sektor perusahaan, rumah tangga dan pemerintah. Pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan menjadi beberapa cara. Cara yang pertama adalah membedakannya dengan cara pajak langsung dan pajak tak langsung. Cara lain adalah pajak regresif, pajak proporsional dan pajak progresif. Keseimbangan PN dapat ditunjukkan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan pengeluaran agregat, penawaran agregat dan pendekatan suntikan bocoran. Multiplier dalam ekonomi tiga sektor dapat dibedakan kepada dua jenis yaitu multiplier dalam sistem pajak tetap dan multiplier dalam sistem pajak proporsional. Jenis- jenis penstabilan otomatik yang utama adalah pajak proporsional dan pajak progresif program asuransi pengangguran. Sistem harga minimum kebijakan fiskal diskresioner dilakukan dengan menambah pengeluaran agregat pada waktu pengangguran mengurangi pada waktu inflasi.


DAFTAR PUSTAKA

Sadono Sukirno, 2010, Teori Pengantar Makro Ekonomi, PT Rajawali Pers, Ed. 3, Jakarta.
Muhammad Nur Aswar S, 2017, “Makalah Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor”, https://letting-beda-angkatan.blogspot.com/2017/02/makalah-keseimbangan-ekonomi-3-tiga.html?m=1, diakses pada tanggal 4 Oktober 2018 pukul 16:00 WIB.


[1] Sadono Sukirno, 2010, Teori Pengantar Makro Ekonomi, PT Rajawali Pers, Ed. 3, Jakarta, hal. 151.
[2] Ibid,. hal. 152.
[3] Ibid., hal. 153.
[4] Ibid., hal. 154.
[5] Ibid., hal. 154-155.
[6] Ibid,. hal. 155.
[7] Ibid., hal. 156-158.
[8] Ibid., hal. 168-169.
[9] Ibid., hal. 170.
[10] Ibid., hal. 171-172.
[11] Ibid., hal. 178-180.
[12] Ibid., hal. 181-182.
[13] Ibid., hal. 182-184.
[14] Ibid., hal. 184.
[15] Ibid., hal. 184-186.
[16] Ibid., hal. 186-188.
[17] Ibid., hal. 188.
[18] Muhammad Nur Aswar S, 2017, “Makalah Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor”, https://letting-beda-angkatan.blogspot.com/2017/02/makalah-keseimbangan-ekonomi-3-tiga.html?m=1, diakses pada tanggal 4 Oktober 2018 pukul 16:00 WIB.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

MAKALAH PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam Dosen Pengampu: Ahmad Syukron, M. EI Penyusun: Kelas: G JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ISLAM PEKALONGAN TAHUN 2018 KATA PENGANTAR             Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini, materi yang dibahas adalah “Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi” . Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.             Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah waw...

Makalah Kaidah Fikih الأموربمقاصدها (al-umuuru bimaqaashidiha)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A.      Latar B elakang ....................................................................................... 1 B.      Rumusan M asalah .................................................................................. 2 C.      Tujuan dan M anfaat ................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3 A.      Makna Kaidah Fikih الامور بمقاصدها ....................................................... 3 B.      ...

Makalah Konsep Dasar Fiqh Muamalah

TUGAS MAKALAH KONSEP DASAR FIQIH MUAMALAH Makalah I ni D isusun U ntuk M emenuhi T ugas Fiqih Muamalah Dosen Pengampu : Ahmad Syukron, M.EI O leh   : KELAS : E JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITU T AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 2019 K ATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah swt atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Ahmad Syukron, M.EI selaku dosen kami dalam Mata Kuliah Fiqih Muamalah dan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca . U ntuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami , k ami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini . Oleh ...