MAKALAH
Dinasti Mamalik di Mesir
Diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu :
Muhamad Khoirul Umam, M. S. I.

Disusun oleh :
1.
Sirojul Munir (4117328)
2.
Atina Amaliyana (4117264)
3.
Nailul Faizah (4117265)
Kelas: D
JURUSAN
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat rahmat, karunia, serta
taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi
Muhammad Saw yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah. Penyusunan
makalah ini merupakan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di semester 2
tahun akademik 2018/2019.
Teriring ucapan terima kasih kepada
bapak Muhamad Khoirul Umam, M. S. I., juga kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan guna
perbaikan dan meningkatkan kualitas makalah di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini bisa menambah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Pekalongan, 22 April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Sejarah Terbentuknya Dinasti Mamalik............................................... 3
B. Pembentukan Pemerintahan................................................................ 4
C. Raja-raja yang Berkuasa.................................................................... 6
D. Kemajuan-kemajuan
yang Dicapai Dinasti Mamalik............................ 8
1.
Bidang Pemerintahan.................................................................... 8
2.
Bidang Militer.............................................................................. 8
3.
Bidang Ekonomi........................................................................... 9
4.
Bidang Ilmu Pengetahuan.............................................................. 9
5.
Bidang Arsitektur......................................................................... 9
E. Kemunduran dan
Kehancuran Dinasti Mamalik................................. 10
1.
Faktor Internal........................................................................... 10
2.
Faktor Eksternal........................................................................ 10
BAB III PENUTUP................................................................................... 12
A. Kesimpulan...................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam sejarah
peradaban Islam setelah Khulafaurrasyidin Islam terbagi menjadi dinasti-dinasti
yang terus berkembang pesat dan membawa pengaruh kepada peradaban dunia. Salah
satunya yaitu Dinasti Mamaluk. Dinasti Mamalik ini merupakan dinasti pada masa
keemasan Islam yang mampu mempengaruhi peradaban dunia.[1]
Periode
kemajuan Dinasti Mamalik dianggap sebagai zaman paling cemerlang dan paling
makmur dalam sejarah Islam. Dengan berbagai kemajuan dan perkembangan, hal
tersebut dapat tercapai berkat kepribadian dan wibawa sultan yang tinggi,
solidaritas sesame militer yang kuat dan stabilitas negara yang aman. Akan
tetapi, ketika factor-faktor tersebut menghilang, Dinasti mamalik sedikit demi
sedikit akan mengalami kemunduran, terutama setlah kelompok Burji berkuasa.
Pada kerajaan inilah Mesir dapat selamat dari kehancuran akibat
serangan-serangan dari bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun Timur
Lenk.[2]
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana sejarah terbentuknya Dinasti Mamalik?
2.
Apa saja kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam Dinasti Mamalik?
3.
Apa sebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Mamalik?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengatahui sejarah terbentuknya Dinasti Mamalik.
2.
Untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam Dinasti
Mamalik.
3.
Untuk mengatahui sebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Mamalik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Terbentuknya Dinasti Mamalik
Kata
Mamalik merupakan bentuk jamak dari Mamluk yang berarti budak. Dinasti ini
disebut Mamalik karena didirikan oleh para budak. Orang-orang Mamalik awalnya
adalah orang-orang yang menjadi tawanan Dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh
Shalahuddin al-Ayyubi yang kemudian dididik menjadi tentara.[3] Dinastik ini berkuasa tahun 648-935
H/1250-1517 M di Mesir.
Sejarah
Dinasti Mamalik bermula dari meninggalnya al-Malik al-Shalih, penguasa
Ayyubiyah berakhir pada tahun 1249. Ketika al-Malik al-Shalih meninggal dunia,
anaknya yang bernama Turansyah naik tahta menggantikannya sebagai sultan.
Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat dengan tentara
asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M, kaum Mamalik di bawah pimpinan
Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah dan kemudian Aybak berhasil
membunuh Musa. Turansyah dan Musa merupakan penguasa terakhir Dinasti
Ayyubiyah.[4]
Istri al-Malik
al-Shalih yang bernama Syajarah al-Durr, seorang yang berasal dari kalangan
mamalik atau budak juga berusaha mengambil alih pemerintahan. Kepemimpinan
Syajarah al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan, karena terus mendapat
pertentangan dari Dinasti Abbasiyah yang disebabkan pemimpinnya seorang
perempuan. Syajarah al-Durr kemudian menikah dengan Aybak dan menyerahkan
kepemimpinannya. Akan tetapi, setelah itu Aybak membunuh Syajarah al-Durr dan
mengambil alih sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada mulanya, Aybak mengangkat
seorang keturunan penguasa Dinasti Ayyubiyah yaitu Musa sebagai sultan syar’I
(hanya sebagai formalitas saja). Namun, kemudian Musa dibunuh oleh Aybak.
Inilah akhir dari Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan awal dari Dinasti Mamalik.[5]
Kaum Mamalik di
Mesir terdiri dari dua kelompok, pertama Mamluk Bahri, yaitu mereka yang
dikaitkan dengan jazirah perkebunan yang membentang di sungai Nil, di mana
mereka bermukim. Dan yang kedua Mamluk Burji, yaitu diambil dari
benteng-benteng tempat mereka bermukim di Kairo.[6]
B. Pembentukan Pemerintahan
Sejarah dinasti
mamalik bermula dari meninggalnya al-Malik al-Shalih, penguasa Ayyubiyah
terakhir pada tahun 1249 M. Pada saat al-Shalih meninggal dunia, kematiannya
dirahasiakan oleh istrinya, Sejar al-Dur, hal itu dilakukan karena Mesir sedang
bertempur melawan Leuis IX yang mengirim pasukannya di Diniyath dan
al-Manshuriah. Karena itu kekuasaan Ayyubiyah dipegang oleh janda al-Shalih
untuk sementara waktu. Karena keadaan negara mengkhawatirkan, maka Sajar al-Dur
meminta Tauransyah, anak al-Shalih dari ibu lain, untuk menyelamatkan negara
dari serangan –serangan tentara salib.[7]
Tetapi setelah Tauransyah berhasil mengalahkan pasukan
salib, justru kemudian Sajar al-Dur membunuhnya dengan didukung oleh sebagian
pengawal dari istana. Sehingga pada tanggal 2 Mei 1250 M, mereka dapat membunuh
Tauransyah dan Shajar al-Dur memproklamasikan diri sebagai penguasa baru.[8]
Meskipun Sajar
al-Dur berhasil memimpin sisa kekuasaan Ayyubiyah, tetapi dia tidak mendapatkan
legitimasi resmi dari khalifah di Baghdad.[9] Khalifah memerintah untuk
mengangkat sultan laki-laki, dan bila tidak dilakukan maka khalifah akan
mengirimkan seorang sultan ke dinasti Ayyubiyah.[10]
Kemudian Sajar
al-Dur berinisiatif menunjuk Izzudin Aybek sebagai panglima perang sekaligus
pengawal pribadinya. Dalam posisi ini Aybek kemudian menikahi Sajar al-Dur, ini
memuluskan jalan bagi Aybek untuk mengambil alih jabatan sultan. Meskipun
pengukuhannya sebagai sultan di Mesir mendapat legistimasi khalifah di Baghdad,
namun kebijaksanaan ini menimbulkan konflik baru karena sebagian orang mamalik
tidak setuju dengan diangkatnya Aybek sebagai sultan.[11] Dan dengan menikahnya
Sejar al-Dur dengan pengawalnya, Izzuddin Aybek, kemudian ia turun dari tahta
dan sejak itu dinasti Ayyubiah beralih ke tangan orang mamalik. Namun demikian
Sajar al-Dur tetap dianggap sebagai awal mula sejarah dinasti mamalik, karena
Sajar al-Dur memang dari kalangan budak juga.[12]
Dalam
menjalankan roda pemerintahan ternyata Izzuddin lebih mendominasi kekuasaan
selama tuju tahun. Semula Shajar al_Dur berharap tetap bisa mengendalikan roda pemerintahan di balik
layar. Tetapi kemudian setelah ia menikah dengan Aybek Shajar al-Dur dibunuh
oleh Aybek, dan ia mengendalikan roda pemerintahan secara keseluruhan.[13] Di masa-masa awal ini
Dinasti Mamalik masih sibuk untuk stabilitas internal.
Kaum Mamalik
yang memerintah di Mesir mereka dibedakan menjadi dua suku. Pertama Mamalik
Bahri (648-792 H / 1250-1390 M). Kedua, Mamalik Burji (784-922 H / 1382-1517
M). Mamalik Bahri adalah budak-budak Turki yang didatangkan Malik Al-Saleh ke
Mesir dalam jumlah besar setelah ia berhasil menduduki jabatan Sultan
(1240-1249). Di mesir, mereka ditempatkan di barak-barak militer dekat sungai
Nil, itulah sebabnya mereka diebut dengan Mamalik Bahri artinya budak laut.
Adapun Mamalik Burji adalah budak-budak yang didatangkan dari Syirkas (turki)
oleh Sultan Qawalun (1279-1290) karena ia curiga terhadap beberapa tokoh
militer dari Mamalik Bahri yang dianggapnya dapat mengancam kelangsungan
kekuasaannya. Mereka ditempatkan di Menara-menara benteng (Burji).[14]Terdapat beberapa orang yang menonjol dari kalangan
Mamalik Bahri, antara lain adalah Izzudin Aybek, Qutuz,
Baybars, dan Al-Mansur Qolawun. Qutuz dan Baybars, dua orang tokoh pimpinan
Mamalik Bahri yang berjasa dan mengukir sejarah gemilang Islam dengan kemampuan
mereka melumpuhkan tentara Mongol di Ain Jalut 3 September 1260 M.[15] Ketika dinasti Mamalik
mampu menghalau pasukan Mongol, maka negeri Mesir menjadi tumpuan harapan umat
Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa Syiria menyatakan setia kepada penguasa
Mamalik.
Qutuz menjadi
penguasa dinasti Mamalik menggantikan anak Aybek yang mengundurkan diri pada
tahun 1259 M. Pada masa kekuasaanya itulah Baybars yang mengasingkan diri ke
Syiria sejak masa Aybek karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybek kembali
lagi di zaman Qutuz. Dan prestasi monumental di bidang kemiliteran dua orang
ini memang tampak sekali dalam mengalahkan pasukan Mongol di Ain Jalut, di saat
negeri Islam yang lain merasa kesulitan betul untuk dapat mengalahkan pasukan
Mongol.
C.
Raja-raja yang Berkuasa
Raja-raja yang berkuasa pada masa
Dinasti Mamluk Bahri :
1.
Syajarah al-Durr (648 H/1250 M)
2.
Izzudin Ayba
3.
Nur al-Din Ali
4.
Saif al-Din Quthuz
5.
Zhahir
Baybars
6.
Sa’id Barakah
7.
‘Adil Badrudin Salamisy
8.
Saifuddin
Qalawun
9.
Khalil al-Asyraf
10. Al-Nashir
Muhammad
11. ‘Adil Kitbugha
12. Manshur Lajin
13. Al-Nashir
Muhammad ibn Qalawun
14. Al-Mudhaffar
Baybars II Abi Syankir
15. Al-Nashir
Muhammad ibn Qalawun
16. Al-Manshur Abu
Bakar ibn Muhammad
17. Asyraf Kazak (Qujuq) ibn Muhammad
18. Al-Nashir Ahmad
ibn Muhammad
19. Al-Shalih Ismail
ibn Muhammad
20. Al-Kamil Sha’ban[16]
Raja-raja
yang berkuasa pada masa Dinasti Mamluk Burji :
1.
Al-Zhahir Sayf al-Din Barquq
2.
As-Nashir al-Din Faraj
3.
Al-Manshur ‘Izz al- Din Faraj
4.
An-Nashir Farj
5.
Al-Adil al-Musa’im
6.
Al-Muayyad syaikh Al-Mahmudy
7.
Al-Muzhaffar
Ahmad
8.
As-Zhahir Sayf al-Din Tatar
9.
Ash-Shalih Nashir al-Din Muhammad
10. Al-Asyraf Sayf
al-Din Barisbay
11. Al-Aziz Jamal
al-Din Yusuf
12. Azh-Zhahir Sayf
al-Din Jaqmaq
13. Al-Manshur Fakhr
al-Din Utsman
14. Al-Asyfar Sayf
al-Din Inal
15. Al-Mu’ayyad
Syihab al-Din Ahmad
16. Azh-Zhahir Sayf
al-Din Khusyqadam
17. Azh-Zhahir Sayf
al-Din Yalbay
18. Azh-Zhahir Timurbugha
19. Al-Asyraf
Saifuddin Qaytabai
20. An-Nashir
Muhammad[17]
D. Kemajuan-kemajuan
yang Dicapai Dinasti Mamalik
Selama masa
pemerintahannya, Dinasti Mamalik telah mencapai berbagai kemajuan penting di
antaranya adalah konsolidasi pemerintahan, perekonomian, ilmu pengetahuan,
militer, kesenian, dan arsitektur.
1. Bidang
Pemerintahan
Untuk menjalankan pemerintahan dalam negeri, Baybars mengangkat anggota
militer sebagai elit politik. Pada tahun 1263 M Baybars mengangkat hakim kepala untuk masing-masing
empat mazhab hukum yang utama, seorang syeikh untuk kalangan sufi dan seorang
pemimpin untuk sekumpulan keturunan Nabi. Di samping pengangkatan hakim ini
juga diangkat administrator hukum, profesor, imam sholat, dan pejabat keagamaan
muslim lainnya. Rezim Mamalik ini menggaji semua tokoh-tokoh agama dengan gaji
yang memadai, juga subsidi diberikan kepada madrasah mereka sehingga semua
kegiatan keagamaan masuk ke dalam sebuah sistem birokrasi negara.[18]
2. Bidang Militer
Dinasti Mamalik terkenal ketangguhan pasukan
militernya yang sebagian besar berasal dari pelaut yang kuat, kekar, mempunyai
tubuh yang tegap, dan disiplin. Sejak dari usia 10-20 tahun mereka dilatih dan
dididik melalui tahapan pendidikan militer dari jenjang militer paling awal
beralih menjadi pengawal sultan, kemudian menjadi panglima, dan yang terakhir
menjadi sultan. Dalam Dinasti Mamalik tidak dikenal sistem kekuasaan secara
turun temurun. Tetapi siapa yang berprestasi dan pantas akan diangkat menjadi
sultan.[19]
3. Bidang Ekonomi
Pada saat Dinasti Mamalik berkuasa, Mesir dan Syiria mengalami
kemakmuran ekonomi yang pesat. Pertumbuhan ini berdampak pada perkembangan
pesat di bidang seni dan budaya, dengan prestasi-prestasi khusus di
bidang-bidang seperti arsitektur, keramik dan karya arsitek dalam logam, dan
lain-lain. Selain itu, posisi Kairo yang menghubungkan Laut Merah dengan Laut
Tengah dan kota-kota sepanjang pesisir selatan ke Eropa menjadi sangat penting,
sehingga hubungan dengan Timur Barat berada di bawah penguasaan Mamalik. Letak
dan kondisi geografis yang strategis ini yang menopang ekonomi Mesir mencapai
tingkat pertumbuhan yang pesat.[20]
4.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Sejak jatuhnya Bani Abbas oleh Hulagu Khan, banyak ilmuan melarikan
diri menuju Mesir dan Syiria. Dengan demikian maka pusat kemajuan ilmu
pengetahuan beralih dari Bagdad ke Mesir. Sultan Baybars selain dikenal sebagai
ahli perang juga orang yang cinta ilmu pengetahuan. Di bidang kedokteran ada
ilmuan terkemuka Abul Hasan Ali bin al-Nafis yang menemukan sistem peredaran
darah, Fadail Ibn al-Naqid seorang ahli mata dan optical dengan karyanya
“Mujarabat”. Sedangkan di bidang ilmu agama, ada beberapa intelektual terkemuka
antara lain Jalal al-Din al-Suyuti, al-Tabary, sejarawan, dan mufassir. Di
bidang hadits muncul nama Ibnu hajar al-Asqalani.[21]
5.
Bidang Arsitektur
Bidang arsitektur juga mengalami kemajuan, banyak arsitek yang
didatangkan ke negeri Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid
yang indah. Ada juga bangunan lain yang didirikan yaitu museum, perpustakaan,
vila-vila, kubah, dan juga menara masjid. Universitas al-Azhar yang telah lama
ditutup kegiatan intelektualnya karena perbedaan teologis, di masa Dinasti
Mamalik dibuka kembali untuk belajar.[22]
E.
Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mamalik
Dinasti Mamalik
setelah mengalami kejayaan-kejayaan baik di bidang kemiliteran, ekonomi, intelektual,
dan arsitektur kemudian mulai mengalami kemunduran. Kemunduran dan kehancuran
Dinasti Mamalik disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1.
Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud dalam Dinasti
Mamalik adalah perpecahan karena faktor perebutan kekuasaan di antara keluarga
sultan. Sultan Qolawun mempunyai tiga orang anak yaitu Ila’uddin, Khalil, dan
al-Nasir. Seharusnya, Ila’uddin yang menggantikan ayahnya, tetapi yang terjadi
adalah Khalil melakukan pembunuhan terhadap Ila’uddin dan ia yang kemudian naik
tahta. Dan ini berlanjut pada sultan-sultan sesudahnya. Ketika al-Nasir
berkuasa, pungutan pajak yang sangat memberatkan rakyat juga mulai dilakukan,
begitu pula komoditi gula, lada yang berasal dari India dimonopoli oleh sultan.
Kemerosotan ekonomi Dinasti Mamalik semakin dilengkapi dengan beralihnya jalur
dagang Timur-Barat dan Laut Tengah ke Tanjung Harapan, yang ditemukan
oleh Vasco Da Gama tahun 1498.[23]
2.
Faktor Eksternal
Di akhir periode Dinasti Mamalik
muncul sebuah kekuatan baru yaitu Dinasti Turki Usmani. Situasi tegang hubungan
politik antara Turki dengan Mamalik terjadi akibat dari tindakan Qait Bay yang melindungi
saudara Bayazid II, yang berkuasa di Turki (1481-1512), yang melarikan diri
dari Turki ke Mesir. Pada saat yang bersamaan, muncul pula Dinasti Syafawi di Persia
(1502-1736) yang secara resmi bermazhab Syiah Itsna Asyariah, bersikap frontal
terhadap Dinasti Usmani yang menganut mazhab sunni di Turki. Perbedaan aliran
mazhab dan ambisi ingin menguasai daerah yang lebih luas, menyebabkan kedua
dinasti ini sejak awal sudah diwarnai permusuhan.[24]
Ketika terjadi perang antara Turki Usmani dengan Mamalik
di sekitar Marj Dabiq (1516), beberapa amir yang terlibat di dalam pertempuran
itu berkhianat termasuk Khair Bay seorang amir Aleppo yang dipercainya untuk
mengatur siasat perang oleh al-Ghuri. Akhirnya kekalahan telak dialami Tumam
Bay (1516-1517), sebagai pengganti al-Ghuri, tentara Turki sudah menembus
hingga ke selatan Mesir. Pertempuran terjadi pada tanggal 22 Juni 1517 antara
pasukan Tumam Bay dengan pasukan Sultan Salim di luar kota Kairo yang berakhir
dengan kemenangan dipihak Salim. Dengan kekalahan ini, berakhirlah kekuasaan Dinasti Mamalik
yang telah berkuasa di Mesir sekitar dua setengan abad.[25]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan
di atas dapat kita ketahui bahwa kata Mamalik merupakan bentuk jamak dari
mamluk yang bararti budak. Dinasti ini disebut dengan mamalik karena memang
didirikan oleh para budak. Orang-orang mamalik itu awalnya adalah mereka yang
menjadi tawanan dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Shalahuddin al-Ayyubi
yang kemudian dididik menjadi tentara.
Dinastik ini berkuasa tahun 648-935 H/1250-1517 M di Mesir. Kaum Mamalik yang
memerintah di Mesir mereka dibedakan menjadi dua suku. Pertama Mamalik Bahri
(648-792 H/1250-1390 M). Kedua, Mamalik Burji (784-922 H / 1382-1517 M).
B.
Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah “Dinasti
Mamalik di Mesir”. Harapan adanya
makalah ini, bisa menjadikan kita untuk lebih memahami tentang periode Dinasti
Mamalik di Mesir. Serta dengan harapan semoga dapat dipahami dan bermanfaat
bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan, mengingat makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
al-Din Muhyl ibn Abd al-zahir, 1961, Tasyrif al-Ayyum, wa al-Ushul fi Sirah
al-Malik al-Mansur, Wt Irsad, Mesir.
Anonim,
Makalah Sejarah Peradaban Islam tentang Dinasti Mamluk, diakses dari http://satriabajahitam.com/pondok-pesantren-modern-sintesa/,
diakses pada hari Jumat, 20 April 2018 pukul 15.55 WIB.
Fu’adi
Imam, 2012, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Teras, Cet 1,
Yogyakarta.
Halim Abd. ’Uwais, 1990, Analisa Daulah-Daulah Islam, Pustaka Mantik, Penterjemah: Yudiancs,
Solo.
Khoiriyah,
2012, Reorientasi Warisan Sejarah Islam, Teras, Cet 1, Yogyakarta.
Nasution
Syamruddin, 2013, Sejarah Peradaban
Islam, Yayasan Pusaka, Riau.
Nur
Abdullah, 2005, Dinasti Mamalik di Mesir, Jurnal Hunafa, Vol. 2, No. 2.
[1] Anonim,
Makalah Sejarah Peradaban Islam tentang Dinasti Mamluk, diakses dari http://satriabajahitam.com/pondok-pesantren-modern-sintesa/,
diakses pada hari Jumat, 20 April 2018 pukul 15.55 WIB.
[2] Ibid.,
[3] Imam
Fu’adi, 2012, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Teras, Cet
1, Yogyakarta, hlm. 143.
[4] Khoiriyah,
2012, Reorientasi Warisan Sejarah Islam, Teras, Cet 1, Yogyakarta, hlm.
179.
[6] Imam Fu’adi, Op. Cit., hlm. 145.
[7] Abd.
Halim ’Uwais, 1990, Analisa Daulah-Daulah
Islam, Pustaka Mantik, Penterjemah: Yudiancs, Solo, hlm. 109.
[11] Muhyl al-Din ibn Abd al-zahir, 1961, Tasyrif al-Ayyum, wa al-Ushul fi Sirah
al-Malik al-Mansur, Wt Irsad, Mesir, hlm. 38.
[16]
Khoiriyah, Op. Cit., hlm. 180-182.
[17] Ibid., hlm. 182-183.
[19] Ibid.,
hlm. 153.
[20] Imam
Fu’adi, Op. Cit., hlm. 147-148.
[21] Ibid.,
hlm. 148-149.
[22] Imam
Fu’adi, Op. Cit., hlm. 149.
Comments
Post a Comment