1.
Metafisika yaitu yang memeriksa mengenai segala sesuatu yang
terdapat menjadi objeknya. Kajian yg dipelajari yaitu karakteristik yg sangat
umum & fundamental pada fenomena yang sebenarnya dengan cara menyampaikan
perbedaan penampakan dan kenyataan yang terdapat. Tetapi banyak filsuf yang
menolak lantaran melampaui kemampuan alat insan dalam pembuktiannya yang
terlalu luas & spekulatif
Filsafat Metafisika dibagi lagi sebagai3 cabang, antara lain :
a.
Ontologi yaitu memeriksa kajian filsafat yg paling kuno yakni
membahas duduk perkara-masalah mengenai ada & tiadaKosmologi yaitu
mempelajari duduk perkara-masalah mengenai asal usul dalam pembentukan alam
semesta. Cabang filsafat yg mulai ribuan tahun lalu telah penasaran mengenai
berasal usul alam semesta. Ilmu alam ini telah lama berkembang dan menimbulkan banyak pertanyaan
mengenai evolusi, definisi materi, energi, hayati& soal yang berhubungan
dengan alam semesta.
b.
Humanologi yaitu mempelajarimasalah-duduk perkara mengenai insan
antara interaksi jiwa & raga dan kebebasan dan keterbatasan manusia.
c.
Teotologi yaitu menilik problem-persoalan manusia menggunakan agama
dan tuhanNyadua.
2.
Epistemologi asal berdasarkan bahasa yunani terdiri dari 2 kata
yaitu episteme yang berarti pengetahuan & logos yg berarti ilmu sebagai
akibatnya epistemologi adalahilmu filsafat yg mempelajari pengetahuan &
fenomena sebagai objek kajiannya tentang penyusunan argumen-argumen &
penarikan kesimpulan yang valid. Kajian pada epistemologi ada 2, diantaranya :
a.
Metodologi - yaitu ilmu yang menyelidiki tentang kebenaran yg
terjadi menggunakan penelusuran argumen-argumen yg ada.
b.
Logika - yaitu ilmu cabang filsafat yang menilik mengenai aturan
yang sempurna buat mencapai kebenaran menggunakan menilik menggunakan teknik yg
formal. Logika membahas mengenai prinsip-prinsip yangdinilai kesimpulan secara
validdengan topik-topik yang saling berhubungan3.
3.
Aksiologi yaitu yg menyelidiki mengenai hakikat menilai kenyataan.
Nilai itu sendiri diberikan buat menghargai pada kualitas suatu objek. Pada
masa sekarang objek yang lebih poly dikaji yaitu berupa ilmu pengetahuan &
teknologi dan mengesampingkan faktor manusia. Lantaran pada masa sekarang
teknologi bukan berkembang seiring dengan perkembangan insan, tetapi
sebaliknya. Sehingga manusia yg harus beradaptasi menggunakan kemajuan eknologi
yg ada buat eksistensi.
Nilai yang merupakan kajian dari aksiologi dibagi sebagai 2sub
cabang, diantaranya :
a.
Etika - yaitu yang mengkaji antara baik & buruk insan dalam
bersikap & bertingkah laris. Etika terlahir menurut perilaku manusia pada
tata krama dan sopan santun yg menurut pemahaman akan pengalaman perbuatan baik
dan jelek manusia. Manusia pada bersikap dan bertindak diikat sang kebiasaan yg
wajibbuat ditaati di lingkungan lebih kurang, baik kebiasaan sopan santun,
norma aturan,& kebiasaan moral.
b.
Estetika - yaitu cabang filsafat yg menelaah mengenai estetika.
Keindahanadalah pengalaman yang diselidiki berdasarkan perasaan &
emosi-emosi insanmenjadi reaksi terhadap keindahan.
B.
Perbandingan Teori Plato dan Aristoteles
Filsafat
salah satunya mengacu pada bagaimana menginterpretasikan ide dansegala sesuatu
yang ada di sekitar kita.Dua tokoh besar dalam filsafat, yaitu Plato dan
Aristoteles memiliki gagasan tentang bagaimana dunia diinterpretasikan.
Aristoles sendiri merupakan murid Plato yang kemudian mengkritik pemikiran
gurunya sendiri. Pemikiran Aristoteles dikenal denganAristotlesianism, yang
merupakan pemberontakan dari pemikiran Plato (Platonism). Namun, pemikiran
keduanyaberbeda karena masing-masing memilikiperspektif yang berbeda tentang
ide dan panca indra.
Plato
adalah seorang pemikir politik idealis-empiris yang mencetuskan pemikiran
tentang ide-ide. Plato bersifat antusias dan imajinatif dalam penyampaian pemikirannya
serta dikenal sebagai tokoh pemikir yang idealis.
Menurut
Plato ide bersifat objektif, ide tidak bergantung pada pemikiran tetapi
pemikiran lah yang bergantung pada ide. Ide berada di luarpemikiran dan berdiri
sendiri. Ide-ide ini kemudian saling berkaitan satu samalain yang memungkinkan
munculnya pemikiran. Plato membagi realitas menjadi dua, yaitu dunia yang
terbuka bagi rasio dan dunia yang terbuka bagi panca indra. Dunia yang terbuka
pada rasio terdiri dari ide-ide dan sifatnya abadi serta tidak dapat berubah.
Dunia yang terbuka bagi panca indra adalah dunia jasmani dan sifatnya selalu
bisa berubah. Dunia jasmani adalah refleksi dari dunia ide. Dunia jasmani
mengandalakan pada panca indra dan menurut Plato kondisi dunia senantiasa
berubah sehingga sangat lah tidak relevan ketika mengandalkan pada dunia
jasmani.
Aristoteles
adalah murid Plato yang justru mengkritik habis-habisan pemikiran Plato
berkitan dengan ide-ide. Dengan menggunakan metode induktif, bertitik tolak
dari fakta-fakta nyata atau emprris yang berbeda dengan gurunya Plato yang
menggunakan metode deduktif dan merumuskan teorinya berdasarkan kekuaan
imajinatif pikiran, atauwishful thinking(Suhelmi dalam Syam,2007:29).
Aristoteles
merujuk pada observasi dalam pemikirannya. Aristoteles lebih realistis
dibandingkan dengan Plato. Aristoteles menekankan pada bukti-fakta, hal yang
konkret atau nyata. Menurut Aristoteles ide lahir dari pengamatan yang
dilakukan oleh manusia sendiri. Ide tentang bentuk kursi muncul ketika manusia
melakukan pengamatan dan menyimpulkan seperti apa bentuk kursi itu. Realita
menurut Aristoteles adalah apa yang tertangkapoleh indra dan inilah yang
mewakili bentuk sebenarnya.Akal tidak mengandung ide bawaan, tetapi akal
lahyang mengabstrasikan ide dalam benda yang ditangkap oleh panca indra.
Aristoteles memulai dengan mengumpulkan fakta kemudian ditinjau dan dikaitkan
satu sama lain. Aristoteles menggunakan cara berpikir logis. Cara berpikir
ilmiah itu selaras dengan metode logia, sebab logika tidaklain dari berpikir
secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab akibat
(Hatta dalam Syam,2007:30). Aristoteles sependapat dengan Plato bahwa manusia
memiliki akan bawaan, tetapi akal itu sifatnya kosong sampai manusia menemukan
sesuatu. Setelah menemukan sesuatu dan melakukan observasi maka didapatkanlah
ide. Menurut Aristoteles keberadaan akal inilah yang membedakan manusia dengan
makhluk lain.Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa perbedaan utama
antara pemikiran Plato dan Aristoteles terletak pada gagasan tentang ide. Plato
beranggapan bahwa ide muncul terlebih dahulu. Sedangkan menurut Aristoteles
panca indra lah yang kemudian menghasilkan ide. Plato beraliran idealis-empiris
yang bersifat matematis. Sebaliknya Aristoteles bersifat realis dan menekankan
pada kebenaran ilmiah. Meskipun berbeda, tetapi keduanya memberikan sumbangan
besat terhadap pemikiran mengenai interpretasi dunia.
C.
PLURALISME, DUALISME, MONOISME
1.
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran
ini menyatakan bahwa realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua
substansi tetapi banyak substansi yang bersifat independen satu sama lain.
Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya tidak memiliki kesatuan,
kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional,
fundamental.Didalamnya hanya terdapat pelbagi jenis tingkatan dan dimensi yang
tidak dapat diredusir. Pandangan demikian mencangkup puluhan teori, beberapa
diantaranya teori para filosuf yunani kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari
udara, tanah, api dan air. Dari pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa
aliran ini tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi melainkan
banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak hanya terdiri dari jasmani
dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang merupakan unsur
substansial dari segala wujud.Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara
lain: Empedakles (490-430 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari
empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah. Anaxogoras (500-428 SM), yang
menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang tidak terhitung
banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga
yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai
bergerak dan mengatur.
2.
Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua).
Dualisme adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi
yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan
tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan
dengan alam semesta, roh denganmateri, jiwa dengan badan dll. Ada pula yang
mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran yang menggabungkan antara idealisme dan
materialisme, dengan mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat
sebagai sumber yaitu hakikat materi dan ruhani.Dapat dikatakan pula bahwa
dualisme adalah paham yang memiliki ajaran bahwa segala sesuatu yang ada,
bersumber dari dua hakikat atau substansi yang berdiri sendiri-sendiri. Orang
yang pertama kali menggunakan konsep dualisme adalahThomas Hyde (1700), yang
mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara
subtantif. Jadi adanya segala sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan
pikiran. Yang termasuk dalam aliran ini adalah Plato (427-347 SM), yang
mengatakan bahwa dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah
dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai
bayangan, hakikatnya hanya tiruan dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka
dunia ini berubah-ubah dan bermacam-macam sebab hanyalah merupakan tiruan yang
tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman.
3.
Monisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri,
tunggal) secara istilah monisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa unsur
pokok dari segala sesuatu adalah unsur yang bersifat tunggal/ Esa. Unsur
dasariah ini bisa berupa materi, pikiran, Allah, energi dll. Bagi kaum
materialis unsur itu adalah materi, sedang bagi kaum idealis unsur itu roh atau
ide. Orang yang mula-mula menggunakan terminologi monisme adalah Christian
Wolff (1679-1754).
D.
Mekanik, Dialektika, Historis
1.
Makanik
2.
Historisitas
Kesejarahan merupakan tema sentral dalam diskursus Marx. Kita
sering mendengar tentangramalanMarx mengenai tatanan komunis dunia sebagai
hasil evolusi dialektika sejarah. Seolah-olah Malaikat Sejarah yang bekerja
dari balik layar realitas tengah merancang suatu Penyelenggaraan Ilahibagi kaum
proletar sedunia. Seolah-olehsejarah akan berpuncak pada suatu konflagrasi
final antara yang-Baik dan yang-Jahat, antara proletar dan borjuasi, dan akan
berakhir dalam suatusurga dunia komunis. Pandangan inilah yang dikenal sebagai
historisisme, atau pengertian bahwa sejarah dipimpin oleh suatuteleologi
internal. Ada komentator yang menyatakan bahwa historisisme Marx ini merupakan
ekses dari ketergantungannya pada filsafat Hegel.
Dialectical and Historical Materialism
Kodifikasi Stalin inilah yang dikenal sebagai
sistemdiamat(singkatan daridialectical materialism) dan diterapkandi sebagian
besar negara Komunis. Koreksi penting atas kodifikasi Stalin ini datang dari
Mao Tse-Tung. Dalam esainya dari tahun 1937,On Contradiction, Mao menolak ide
Stalin tentang “hukum-hukum dialektika” dan justru memberikan penekanan pada
kompleksitas kontradiksi. Kontradiksi, dalam pandangan Mao, tidak tunggal
melainkan memiliki struktur ganda: di satu sisi terdapatkontradiksi pokok,
yakni kontradiksi yang tak dapat diperdamaikan (misalnya, kontradiksi antara
borjuis dengan proletar), dan di sisi lain terdapatkontradiksi tidak pokokyang
dapat diselesaikan dengan negosiasi (misalnya, kontradiksi antara buruh dan
petani).
Materialisme dialektis merupakan cara berpikir Marx tentang
realitas, yakni pengertian bahwa realitas tersusun oleh materi yang memiliki
relasi langsung dengan subyektivitas dan relasi ini pun bergerak dalam untaian
determinasi resiprokal. Dalam pengertian yang lebih sederhana, realitas adalah
efek dari mekanisme perjuangan kelas. Jika, mengikuti Njoto, materialisme
historis merupakan penerapan materialisme dialektis kepada kenyataan yang
menyejarah, maka materialisme historisdapat kita mengerti sebagai gugus
pemahaman tentang sejarah sebagai ikhwal yang tersusun oleh determinasi
resiprokal antar subyek dan antara subyek dengan materi obyektif. Atau dalam
arti yang dipermudah, sejarah adalah efek perjuangan kelas—sebuah efek yang
bergerak dalamarah ganda, kepada sejarah dan kepada kelas itu sendiri.
E.
Zaman Klaik, Pertengahan, Modern, Post Modern
1.
Zaman Klasik Filsafat (Kosmosentris)
Periode klasik kajian para filsuf terfokus pada kosmosentris,
maksudnya kajain tentang asal usul terjadinya alam.pada dasarnya era ini para
filsuf mencari induk yang dianggap asal dari sesuatu.
Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam,
dunia dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada
agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaannya. Fenomena ini menimbulkan
suatu perubahan dalam proses berfikir dari mempercayai mitos-mitos yang
berkembang ditengahmasyarakat menjadi pemikiran yang lebih masuk akal.Orang
Yunani pertama yang bias diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta.
Ciri-ciri filsafat barat zaman klasik antara lain :
a.
Ilmu pengetahuan masih bersifat umum
b.
Kebanyakan masih memikirkan asal usul kehidupan
c.
Masih ada perbedaan pemikiran antara filsuf satu dengan yang lain
d.
Pembagian ilmu pengetahuan masih terbatas
2.
Zaman Abad Pertengahan (Teosentris)
Corak gagasan pada periode ini adalah teosentris, yaitu membahas
mengenai ketuhanan. Pada periode ini dapat dikatakan sebagai abad gelap karena
ajaran/dogma membelenggu orang untuk berfikir.
Filsafat abad pertengahan disebut filsafat skolastik. Kata
skolastik berasal dari kata school yang berarti sekolah. Pada masa ini biasanya
disebut masa kegelapan karena pada masa itu gereja membelenggu kehidupan
manusia. Masyarakat tidak lagi diberi kebebasan berfikir untuk mengembangkan potensinya.
Semua hasil pemikiran manusia selalu diawasi oleh gereja, kalua ada pemikiran
yang menyimpang dari gereja , mereka akan mendapatkan hukuman yang
berat.Awalnya, skolastik timbul di biara-biara tua di Gillia selatan.
Pengaruhnya menyabar hingga ke Irlandia, Nederland, dan Jerman. Selanjutnya,
pengaruh skolastik timbul disekolah –sekolah kapitel, yaitu sekolah yang
dikaitkan dengan gereja.
Ciri-ciri filsafat abad pertengahan adalah:
a.
Filsafat sudah diajarkan pada sekolah-sekolah
b.
Adanya pengaruh gereja
c.
Pemikiran mereka berdasarkan keyakinan kepada doktrin gereja
3.
Zaman Modern (Humanisme/Antroposentris)
Zaman ini muncul karena keinginan bangkit dari orang-orang barat
untuk merebut kejayaan. Tepatnya setelah runtuhnya 3 kerajaan besar Islam,
yaitu mongo, turki utsmani, dan safawi. Zaman ini dapat disebut sebagai
antithesis pada corak filsafat abad pertengahan.
Pada zaman modern membahas mengenai humanisme yaitu ilmu tentang
kemanusiaan atau hakikat dari manusia.
4.
Post Modern
Zaman post modern atau disebut melampaui modern membahas mencoba
memunculkan apa yang ditutupi oleh nalar seperti emosi, ambisi, dan hasrat.
Karena setiap manusia tidak hanya dibekali oleh akal saja tapi juga emosi dan
hasrat tersebut.
F.
Dark Age-Inquisition, Rennaissances, Aufklaerung, dan Enlightenment
1.
Dark Age-Inquisition
2.
Rennaissances
Jembatan
antara abad pertengahan dan zaman modern disebut dengan istilah Renaissance
yang berarti kelahiran kembali. Secara etimologi Renaissance berasal dari
bahasa Latin yaitu kata Re berarti kembali dan naitre berarti lahir. Secara bebas kata Renaissance
dapat diartikan sebagai masa peralihan antara abad pertengahan ke abad modern
yang ditandai dengan lahirnya berbagai kreasi baru yang diilhami oleh
kebudayaan Eropa Klasik (Yunani dan Romawi) yang lebih bersifat duniawi.
Secara
terminology renaissance adalah timbulnya revolusi pandangan hidup orang-orang
dari zaman pertengahan ke zaman barunya, melalui proses peralihan yang sangat
cepat. Middle Age merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram.
3.
Aufklaerung
Filsafat abad XVIII disebut sebagai Aufklaerung yang berarti
pencerahan (istilah bahasa inggris untuk ini adalah enlightment).
Dinamakan demikian karena pada periode ini manusia mencari cahaya baru dalam
rasionya. Keadaan periode sebelum ini sering diumpamakan dengan keadaan belum
akil balig, di mana manusia kurang menggunakan kemampuan akal budinya.
Salah
satu ciri terpenting zaman Aufklaerung adalah perkembangan pesat ilmu
pengetahuan. Dalam fisika kita kenal ilmuwan besar seperti Isaac Newton. Karena
rasio mendapat tempat terhormat dan menjadi pusat perhatian, maka orang mulai
meragukan wahyu dan otoritas agama.
4.
Enlightenment
Mengusung ide pengakuan terhadap rasionalitas, kebebasan,
kreativitas, keanekaragaman, kesadaran, serta tanggung jawab pribadi.
Doktrin-doktrin yang membimbing dan menyemangati abad Pencerahan dapat
disimpulkan sebagai berikut : 1) bagi umat manusia, rasio atau akal budi
merupakan kapasitas utama yang bersifat positif, 2) dengan rasio manusia dapat
membebaskan diri dari pemikiran primitif, dogmatif dan kepercayaan terhadap
takhyul yang merupakan suatu ikatan dari ketidak-rasionalan atau pengabaian
akal budi, 3) rasio adalah kemampuan utama manusia dan itu memberikannya tidak
hanya kemampuan berpikir akan tetapi juga memberi kemampuan bertindak dengan
benar, 4) melalui kemajuan di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, rasio dapat
menuntun umat manusia secara keseluruhan ke arah suatu keadaan dunia yang
sempurna, 5) dengan rasio semua manusia menjadi sederajat, oleh karena itu
manusia berhak mendapatkan kebebasannya secara individu dan juga persamaan
perlakuan di depan hukum, 6) kepercayaan diterima hanyalah berdasarkan pada
rasio dan bukan otoritas dari para pendeta atau tokoh agama ataupun tradisi, 7)
semua manusia harus berusaha mencoba untuk memberikan dan mengembangkan
pengetahuan, tidak berdasarkan prasangka atau sifat bawaan.
G.
Rasionalism, Empirisme, Kritisisme/Idealisme, Positivisme,
Eksistensialism, Pragmatisme
1.
Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan
satu-satunya yang benar adalah rasio (akal budi). Tokoh-tokoh terpenting aliran
rasionalisme adalah Blaise Pascal, Baruch Spinoza, G. W. Leibnitz, Christian
Wolff, dan Rene Descartes (1596-1650).
Rene Descartes dijuluki Bapak Filsafat Modern. Ucapannya yang
terkenal adalah Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada). Ungkapan
ini mempunyai makna lebih dalam dari sekedar pengertian harfiah. Dengan
ungkapan itu hendak dinyatakan metode yang dianut Descartes yakni metode
kesangsian. Descartes mengatakan bahwa segalanya harus disangsikan secara
radikal, dan tidak boleh diterima begitu saja. Kalau suatu kebenaran tahan
terhadap kesangsian (artinya tidak disangsikan lagi), itulah kebenaran yang
sesungguhnya dan harus menjadi fondamen bagi ilmu pengetahuan.
2.
Empirisme
Empirisme adalah aliran yang
mengajarkan bahwa hanya pengalaman (lewat indra) merupakan sumber pengetahuan
yang benar. Jadi, empirisme bertolak belakang dengan pandangan rasionalisme.
Immanuel Kant kemudian mendamaikan kedua pandangan tersebut. Tokoh-tokohnya
yang terpenting adalah Thomas Hobbes dan John Locke.
3.
Kritisisme/Idealisme
Pelopor Idealisme : J.G Fichte
(1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831),
Schopenhauer (1788-1860).
Apa yang dirintis oleh Kant mencapai
puncak perkembangannya pada Hegel. Hegel lahir di Stuttgart, Jerman.
Pengaruhnya besar sampai luar Jerman. Menjadi Profesor ilmu filsafat sampai
meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant, ia tidak merasa puas tentang
ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut pendapatnya,segala
peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu
jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung
penjelasan-penjelasannya. Ide yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang
menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian
menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan ), kemudian menimbulkan
sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan antitesis dan
seterusnya, inilah yang disebut sebagai dialektika. Proses dialektika inilah
yang menjelaskan segala peristiwa.
Kritisisme
berasal dari kata kritika yang merupakan kata kerja dari krineil yang artinya
memeriksa dengan teliti,
menguju, membeda-bedakan. Adapun pengertian yang
lebih lengkap adalah
pengetahuan yang memeriksa
dengan teliti. Selain itu, kritisisme juga diartika sebagai pembelajaran
yang menyelidki batasab- batasan kemampuan
rasio sebagai sumber
pengetahuan manusia.
Keseluruhan pengertian tersebut
adalah hasil dari
sebuah pemikiran seorang filsuf terkenal yang bernana Immanuel
Kant (1724–1804)
4.
Positivisme
Filsafat positivisme lahir pada abad
ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual
dan positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala
gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman
objektif. Jadi, setelah faktah diperolehnya, fakta-fakta tersebut kita atur
dapat memberikan semacam asumsi (proyeksi) kemasa depan.
Beberapa tokoh: August Comte
(1798-1857), Jhon S. Mill (1806-1873). Herbert Spencer (1820-1903). Filsafat positivisme di antarkan oleh AUGUST
COMTE (1798 – 1857), yang dilahirkan di Montpellier pada
tahun 1798 dari keluarga pegawai negri yang beragama katholik. Karyanya
yang pokok, yang
sistematis, adalah Cours
de Philosophie Positive, atau
“Kursus tentang Filsafat
Positif” (1830/1842), yang
di terbitkan dalam 6 jilid. Secara garis besar filsafat positivisme
Comte berisi pandangan filsafatnya tentang teori mengenal, perkembangan ilmu
perkembangan, perkembangan sejarah masyarakat barat dan dasar –
dasar untuk memperbaiki keadaan masyarakat pada zamannya.
5. Eksistensialisme
Berkembang pada
abad ke 20 di Prancis
dan Jerman sebagai reaksi
terhadap merosotnya komponisme yang telah dibangun sejak abad pencerahan. Materialisme
ternyata merupakan pendorong
lahirnya eksistensialisme. Eksistensi ialah cara orang berada didunia.
Kata eksistensi berasal
dari kata eks
(keluar) dan sistensi,
yang diturunkan dari kata
kerja sisto (berdiri,
menempatkan). Oleh karena
itu kata eksistensi diartikan: manusia berdiri sebagai
diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa
dirinya ada. Ia
dapat meragukan segala
sesuatu, tapi satu
hal yang pasti yaitu
bahwa dirinya ada,
dan dirinya itu
disebut “aku”. Di
dalam dunia
manusia menentukan keadaannya dengan perbuatan-perbuatannya, ia mengalami dirinya sebagai pribadi. Ia
menemukan pribadinya dengan seolah-olah keluar dari dirinya sendiri
dan menyibukkan diri
dengan apa yang
diluar dirinya.
Eksistensi adalah cara manusia berada didalam dunia. Cara manusia berada didalam dunia
berbeda dengan cara
berada benda-benda. Sebenarnya
eksistensialisme adalah suatu aliran filsafat yang bersifat tehnis, yang terjelma
dalam bermacam-macam sistem,
yang berbeda dengan
yang lain, namun ada
juga ciri-ciri yang
sama yang menjadikan
sistem itu disebut
filsafateksistensialisme.
Paling sedikit ada
empat pemikiran yang
jelas yang dapat disebut
filsafat eksistensialisme, yaitu
pemikiran Martin Heidegger,
Jean Paul Sartre, Karl Jaspers,
dan Gabriel Marcel
6.
Pragmatisme
Aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala
sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada
akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.
Comments
Post a Comment